Wednesday, October 24, 2012

Penalaran Deduktif



Penalaran deduktif

            Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, dari sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar disimpulkanlah sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
            Sedangkan dedukatif (deduksi) yang berasal dari kata de dan ducere, yang berarti proses penyimpulan pengetahuan khusus dari pengetahuan yang lebih umum atau universal. Perihal khusus tersebut secara implisit terkandung dalam yang lebih umum. Maka, deduksi merupakan proses berpikir dari pengetahuan universal ke singular atau individual.
            Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
            Dari pengertian diatas Penalaran Deduktif dapat diartikan sebagai penyimpulan dari dua atau lebih proporsi-proporsi premis yang bersifat umum (premis mayor) menjadi suatu premis yang bersifat khusus (premis minor).

Konsep dan simbol dalam penalaran

            Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.
            Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.
            Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.

Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran dan cirinya

            Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
  • Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
  • Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
Beberapa ciri utama dari penalaran deduktif, yaitu :
            1. Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar
            2. Semua informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada di dalam premis.

Pengertian Premis Mayor dan Premis Minor

            Premis mayor adalah pernyataan umum, sementara premis minor artinya pernyataan khusus. Proses itu dikenal dengan istilah silogisme. Silogisme merupakan proses penalaran di mana dari dua proposisi (sebagai premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa konklusi).
            Contoh  :
                        Premis 1          : Setiap mamalia punya sebuah hati.
                        Premis 2          : Semua lumba-lumba adalah mamalia.
                        Konklusi          : Setiap lumba-lumba punya sebuah hati.

Macam-macam Penalaran Deduktif

Macam-macam penalaran deduktif diantaranya :

            a. Silogisme
            Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.
·         Silogisme Kategorial
            Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
            Contoh :
                        Premis Mayor              : Tidak ada manusia yang bodoh
                        Premis Minor                : Devi adalah manusia
                        Kesimpulan                 : Devi tidak bodoh

Kaedah- kaedah dalam silogisme kategorial adalah :
1. Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term penengah.
2. Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan
3. Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
4. Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negative.
5. Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
6. Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
7. Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
8. Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.

·         Silogisme Hipotesis
      Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Premis mayornya berupa proposisi hipotetik sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Menurut Parera (1991: 131) Silogisme hipotesis terdiri atas premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.

  1. Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
                        Jika kaya, saya naik jet.
                        Sekarang saya kaya.
                        Jadi saya naik jet.

  2. Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya, seperti:
                        Bila saya kaya, mereka akan sejahtera.
                        Sekarang mereka telah sejahtera.
                        Jadi saya sudah kaya.

 3. Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
              Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan kebaikan, maka kegelisahan tidak                   akan timbul. Politik pemerintahan dilaksanakan dengan kebaikan, Jadi kegelisahan tidak akan timbul.

4. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti:
            Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan sadar. Pihak penguasa sadar. Jadi mahasiswa sudah turun ke jalanan.

Kaedah- kaedah Silogisme Hipotesis
            Mengambil konklusi dari silogisme hipotesis jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini adalah menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
            Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, jadwal hukum silogisme hipotetik adalah:
            1) Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
            2) Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
            3) Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
            4) Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana
Contoh :
            a) Premis Mayor : Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal
                Premis Minor  : Hujan  turun
                Konklusi          : Sebab itu panen tidak akan gagal.

            b) Premis Mayor : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
                Premis Minor : Air  ada.
                Kesimpulan : Manusia tidak akan kehausan.

·         Silogisme Alternatif


            Silogisme Alternatif  yaitu silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain. Proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya. Konklusi tergantung dari premis minornya.
            Silogisme ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti sempit dan silogisme disyungtif dalam arti luas. Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif, seperti:
                        la lulus atau tidak lulus.
                        Ternyata ia lulus
                        Jadi, la bukan tidak lulus

        Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif, seperti:
                        Saya di rumah atau di warnet.
                        Ternyata tidak di rumah.
                        Jadi, di warnet.

Silogisme disyungtif dalam arti sempit maupun arti luas mempunyai dua tipe yaitu:
            1. Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui                          alternatif yang lain.
            2. Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari                          alternatif yang lain.

            b. Entimen
            Entimen atau Enthymeme berasal dari bahasa Yunani “en” artinya di dalam dan “thymos” artinya pikiran adalah sejenis silogisme yang tidak lengkap, tidak untuk menghasilkan pembuktian ilmiah. Istilah “enthymeme” kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan argumen yang tidak lengkap dari bentuk selain silogisme.

Contoh Rumus Entimen:
       PU : Semua A = B : Pegawai yang baik tidak pernah datang terlambat.
       PK : Zoma pegawai yang baik.
       S : Zoma tidak pernah datang terlambat.
       Entimen : Zoma tidak pernah datang terlambat karena ia pegawai yang baik.


Daftar Pustaka :
           
            http://devimustikagunadarma.wordpress.com/2012/10/10/penalaran-deduktif/

No comments:

Post a Comment